15.7 C
New York
Monday, September 25, 2023

Buy now

Frater yang Pernah Lindungi Sakramen Mahakudus dari ISIS Kini Sudah Jadi Pastor

Frater yang Pernah Melindungi Sakramen Mahakudus dari ISIS Kini Ditahbiskan jadi Pastor, Amorpost.com – Martin Baani baru berusia 24 tahun saat mempertaruhkan nyawanya menyelamatkan Sakramen Mahakudus dari ISIS yang sedang menyerang desanya Karamlesh di Irak tahun 2014.

Kini, dia kembali ke desa asalnya sebagai seorang imam setelah mendapatkan tahbisan Imamat. Martin siap melayani masyarakat melalui Ekaristi.

Perjuangan Martin Melindungi Sakramen Mahakudus

Nama Martin Baani menjadi viral tahun 2014 saat dia berjuang melindungi Sakraman Mahakudus. Tepat tanggal 6 Agustus 2014 Martin menerima telepon dari seorang teman yang memperingatkan bahwa sebuah desa terdekat telah jatuh ke tangan ISIS,

Temannya memberitahu Martin jika target berikutnya adalah Karamlesh. Tahu akan kedatangan ISIS, bukannya menyelamatkan diri, Martin justru bergegas ke Gereja St. Addai.

Martin dengan cepat mengambil Sakramen Mahakudus, untuk mencegah kelompok militan merusak semua itu.

Baca juga : Beginilah Kondisi Umat Katolik di Timur Tengah

Setelah itu bersama Pastor Thabet dan tiga imam lainnya mereka membawa pergi Sakramen Mahakudus keluar Karamlesh bersama masyarakat lain yang mulai mengungsi.

“Saya adalah orang terakhir yang meninggalkan Karamlesh, dengan Sakramen Mahakudus di tangan saya,” katanya kepada yayasan amal Aid to the Church in Need.

Bertahan di Irak

Pastor Martin Baani
Pastor Martin Baani (Foto : Catholic News Agency)

Kendati ISIS terus menebar ancaman, membakar gereja dan membunuh, Martin tetap tinggal di Irak. Dia memilih tetap di Irak ketimbang pindah bersama keluarganya ke Amerika Serikat.

“Setiap hari saya pergi ke kamp pengungsian untuk menemani keluarga saya. Kami adalah pengungsi Kristen. ISIS berusaha untuk membunuh kami semua tetapi saya sudah memutuskan untuk tetap tinggal di sini. Saya mencintai Yesus dan saya tidak ingin sejarah kita lenyap,” ujar Martin.

Martin kemudian fokus melanjutkan studinya di Seminari Santo Petrus di Erbil, Ibukota Kurdistan di Irak. Pada bulan September 2016, Baani ditahbiskan menjadi imam bersama enam orang lainnya.

Bermisi di Irak

Setelah menjadi imam, Martin tetap bertugas di Irak. Situasi menjadi lebih tenang setelah desa-desa di daerah Lembah Niniwe bebas dari kontrol ISIS.

Martin juga bertekad untuk terus melayani umat Gereja di Irak. Hal itu dikonfirmasikan langsung kepada Aid to the Church in Need.

“Kini saya bahagia bisa merayakan Misa Kudus di Irak,” ujarnya.

Bersama relawan Aid to the Church in Need lainnya, Martin berjuang untuk merencanakan reskonstruksi sekitar 13.000 umah umat Kristen yang hancur pasca serangan ISIS.

Minggu lalu, Aid to the Church in Need mengadakan sebuah “upacara pohon zaitun” dengan menyerahkan sebuah taman zaitun kepada 105 pemilik rumah Nasrani di desa Bartella, Karmalesh dan Qoraqosh. Pohon zaitun sebagai simbol rekonsiliasi dan perdamaian.

Jangan lupa SHARE artikel ini kepada keluarga dan sahabat Anda!
Amor
Amorhttp://www.amorpost.com
Adrian B., SS.STB, Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan Ateneo de Manila University. Hoby Menulis, Membaca, Web Design, Fotografy, Beternak, Touring dan Kegiatan Karitative.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,871FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Latest Articles