16.3 C
New York
Sunday, October 1, 2023

Buy now

Dosen Cerdas Ini telah Menjadi Uskup Pangkalpinang

Berita Gereja Katolik, Amorpost.com-Dengan terpilihnya beliau sebagai uskup (28/06/2017), Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta tentu akan kehilangan satu dosen
cerdas ini. Bagaimana tidak? Ia mengampu mata kuliah-mata kuliah kunci untuk program ilmu teologi di sekolah tinggi tersebut.

Di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, ada dua program ilmu yang diterapkan yakni program ilmu filsafat dan program ilmu teologi. Dosen-dosen yang mengajar di
sekolah tinggi ini tak diragukan lagi kualitasnya. Salah satu dosennya adalah Dr. Adrianus Sunarko OFM.

Di kampus tersebut ia lebih dikenal dengan sapaan Romo Narko. Matakuliah-matakuliah penting yang diampunya adalah Teologi Keselamatan, Teologi Dasar: Wahyu dan Iman, Kristologi, Trinitas, Sakramen Tobat, Kristologi dan Trinitas: Kontekstual, Sekularisasi menurut Charles Taylor, Sakramen Inisiasi I dan II, Pengantar dan Metode Penelitian Teologi.

Dosen yang adalah lulusan Universitas Albert-Ludwig Freiburg Jerman itu pun pernah menulis beberapa buku penting dalam ilmu teologi. Salah satu buku karangan nya adalah “Teologi Kontekstual”.

Dari bukunya itu, kita bisa mengenal sosok beliau yang cerdas dan kontekstual. Bagaimana sekilas info mengenai buku nya itu?

Di dalam bukunya itu, ia menjelaskan perbedaan dua ungkapan penting dalam dunia teologi,
‘Teologia negativa’ dan ‘Orthopraksis’. Menurutnya, refleksi teologi yang berputar pada teori belaka tanpa daya transformasi karena jauh dari realitas kehidupan adalah bahaya dari ‘orthopraksis’.

Sementara itu, ‘teologia negativa’ membawa kebenaran bahwa Allah akan selalu lebih besar daripada segala konsep dan teori yang manusia miliki dan kuasai sebagai makhluk terbatas.

Selanjutnya, teologia negativa tidak boleh dimengerti sedemikian mutlak sehingga pembicaraan kita tentang Allah tidak mengandung kebenaran sedikit pun.
Kalau demikian, ke dalam kata Allah kita dapat menerapkan segala macam atribut.

“Gambaran kita tentang Allah dapat menjadi kabur dan kalau demikian Allah dapat digunakan dengan semena-mena untuk membenarkan berbagai tindakan kita, bahkan kalau itu berupa kekerasan seperti ditunjukan para pelaku bom bunuh diri.” (pp.vii-viii)

Bagi mereka yang pernah belajar teologi, refleksi teologis seperti itu sungguh luar biasa. Romo Narko menyederhanakan ilmu teologi yang terkesan idealistik dan abstrak menjadi teologi yang turun ke “akar-akar” kehidupan manusia.

Semoga Romo Narko menjadi gembala yang baik di misi yang diemban kepadanya oleh ibu Gereja. Harapannya, apa yang ia ajarkan di STF Driyarkara secara kontekstual itu dapat diterapkan di keuskupan Pangkalpinang nantinya.

 

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,876FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Latest Articles