
Saat Film Yesus Diputar di Tengah Komunitas Muslim Afrika – Kisah Pater Hendrik Bala Wuwur, SVD di Togo, Amorpost.com – Hari itu, Minggu 6 November 2011. Bersama anak-anak SEKAMI kami kunjungi satu stasi yang umatnya belasan orang. Namanya Assode.
Anak-anak SEKAMI menanggung koor. Perayaan Ekaristi berlangsung meriah di bawah pohon mangga. Banyak umat Islam dan penganut agama asli yang sedang bekerja di kebun dan yang berada di rumah bergabung karena daya tarik irama pukulan gendang, tepukan tangan yang ritmis dan nyanyian yang melengking dari anak-anak.
Hari itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha saudara-saudari kita yang Muslim. Sebelum misa ketua stasi berbisik kepada Katekis yang menemani saya agar setelah misa kami menyempatkan diri mengunjungi raja di kampung itu.
Katekis meneruskan permintaan umat di stasi itu kepada saya dan seorang suster SSpS yang bersama saya mendampingi anak-anak SEKAMI. Kami menyambut permintaan mereka dengan gembira dan senang hati.

Saya tahu sang raja dan para penatuanya beragama Islam karena itu kesempatan ini menjadi kesempatan yang sangat berharga untuk sebuah dialog iman dan hidup yang sederhana untuk kami di tingkat kampung. Saya sendiri sudah beberapa kali mengunjungi sang raja dan keluarga Muslim di sekitarnya.
Setelah perayaan Ekaristi saya meminta kesediaan anak-anak untuk kunjungan yang dimaksud. Saya meminta mereka untuk menyanyi lagu-lagu gembira dan jangan menyanyikan lagu-lagu rohani Katolik, yang tentu di dalamnya ada nama Yesus, Maria dan segalanya.
Tapi namanya saja anak-anak, sudah larut dalam kegembiraan bernyanyi dan menari, lupa pesan saya sehingga sampai di istana raja juga tetap nyanyi lagu-lagu rohani katolik. Kami berjalan sekitar 1 km dari kapela sampai istana raja.
Namanya istana tapi bangunannya dari sebuah gubuk reyot. Begitu kami tiba di sekitar istana raja, anak-anak Muslim mulai bergabung.
Anak-anak SEKAMI semakin menjadi-jadi bernyanyi dan menari. Suasana pesta tercipta karena sebelumnya, kampung sunyi senyap.

Sang raja keluar dari istananya dan bersama para penatua menyambut kedatangan kami. Dengan spontan anak-anak SEKAMI membuat lingkaran dan menyanyi sambil menari. Seluruh kampung terjaga. Orang-orang kampung berdatangan dan ikut dalam irama tarian dan nyanyian bersama anak-anak.
Setelah lama menyanyi dan menari kami diminta tenang dan istirahat sebentar di bawah pohon. Sang raja lalu angkat bicara untuk mengucapkan kegembiraan hatinya yang tak terkira dan atas nama sekian banyak orang menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas kujungan kami serta berbagai harapan untuk hidup berdampingan sebagai saudara dan saudari.
“Kita adalah saudara dan saudari sebelum menjadi Kristen dan Islam. Ia malah sampai berjanji memberi kebebasan kepada masyarakatnya yang belum beragama untuk masuk Katolik kalau merasa tertarik untuk bergabung dengan umat Katolik.
Beberapa dari antara mereka spontan angkat bicara menyampaikan kegembiraan mereka atas kunjungan kami sembari mengakui kehadiran umat Kristen yang selalu membawa pesan damai dan cinta.
Tiba giliran saya mengucapkan selamat pesta untuk mereka dengan Salam Pembukaan: “Assalam Walaikum Warahmatulahiwabarakatu”…. yang disambut dengan tepuk tangan dan muka heran-heran lalu lupa jawab saya “Walaikum Salam”. Hehehe gara-gara sedikit.
Saya ucapkan terima kasih atas persaudaraan yang mereka hidupi bersama dengan umat di stasi ini dan melemparkan harapan kalau jumlah umat bisa bertambah.
Dengan spontan ada yang langsung sambung pasti akan bertambah. Kami kemudian disuguhi makanan dan minuman. Anak-anak yang hampir 50 orang itu diberi makan sampai kenyang.

Ketika saya dan anak-anak mohon pamit, mereka enggan melepaspergikan kami. Mereka begitu gembira atas kehadiran kami di tengah mereka.
Begitu banyak orang yang angkat bicara untuk mengungkapkan perasan gembira dan senang. Kami berjanji untuk datang kembali. Bersama anak-anak kami kembali dengan hati gembira ria karena dapat mengharumkan nama Yesus di tengah kaum Muslim dan mampu menghidupi secara sederhana dialog iman dan hidup di tengah konteks kehidupan kami yang sederhana di pedalaman Afrika Barat.
Dan Yesus rupanya mendengar janji kami di Hari Idul Adha di istana raja. Yesus pasti ingin agar Dia dihantar kembali untuk mengunjungi Stasi ini.
Malam Sabtu, tanggal 2 Desember 2011, saya diminta umat di stasi ini untuk memutar film Yesus dari Nazareth untuk mereka. Dengan senang hati saya mengabulkan permintaan mereka.
Generator, proyektor dan speaker yang baru didapat dari Mission Techny, serta kabel-kabel disiapkan untuk film Yesus di Assode. Dalam perjalanan, saya dan Katekis ditelepon oleh umat karena mereka gelisah kalau-kalau kami tidak datang sementara menurut mereka sudah begitu banyak orang yang tunggu.
Saya heran, karena saya tahu jumlah mereka belasan. Ternyata mereka sampaikan permintaan mereka untuk pemutaran film Yesus kepada sang raja dan dia mewajibkan mereka agar pemutaran film terjadi di pelataran istana raja.

Saya agak dug-dag karena harus putar film Yesus di tenah komunitas Muslim. Tetapi Katekis menenangkan saya dengan mengatakan bahwa mereka punya rasa ingin tahu dan kerinduan yang besar untuk menonton film Yesus.
Mama mia…. Saya kaget minta ampun karena melihat membludaknya manusia yang menunggu. Lebih dari 500 orang, sementara umat saya hanya belasan.
Saya cari ketua stasi dan umat yang lain untuk cari tahu tentang keadaan. Pertanyaan pertama adalah apakah mereka (saudara-saudari muslim) tidak marah.
Sambil tertawa dia menjelakan kepada saya bahwa saudara dan saudari Muslim sendiri yang minta dan mereka amat senang dengan kehadiran kami untuk pemutaran film Yesus.
Saya mulai instalasi segala sesuatu untuk film layar lebar. Ketika semua sudah siap, sebelum film diputar, saya minta ijin untuk bicara. Saya sampaikan bahwa saya datang atas permintaan umat Katolik di stasi ini dan mereka minta saya untuk putar film Yesus.
Saya sampaikan juga bahwa kalau saya tahu sebelumnya bahwa saudara-saudara Muslim juga ikut nonton, saya akan bawa film lain. Saya minta maaf dan janji akan datang lagi dengan film Abraham atau film-film yang lain.
Salah seorang penatua menjawab pernyataan saya bahwa mereka senang sekali bahwa saya bisa datang dan mereka sendiri mau nonton film Yesus.
Maka mulailah Film Yesus dari Nazareth. Ada yang datang beberapa kali meminta saya untuk memberikan penjelasan karena tidak semua mengerti bahasa Prancis.
Katekis langsung memberikan penjelasan saat film sedang diputar, sayang sekali karena “mic” atau pengeras suara tidak ada sehingga banyak di bagian belakang tidak dengar dengan jelas. Anak-anak tak ada yang mengantuk, semua mata melotot. Tak ada kegaduhan, semua larut menonton film Yesus di layar lebar.
Saya kaget saat saya lihat HP, sudah tengah malam lewat sedikit. Kami baru sampai di bagian Yesus menyembuhkan seorang lumpuh yang diturunkan dari atas atap rumah. Karena sudah tengah malam, saya minta untuk berhenti dan nanti disambung kali berikut.
Tak ada satupun yang bergerak. Saya buka lagi beberapa video clip yang lucu dan menarik untuk anak-anak, sebelum menghentikan bioskop di alam bebas malam itu.
Mereka ucapkan terima kasih dan tagih janji untuk datang kembali. Saya janji akan datang kembali dengan film Bapa bangsa-bangsa: Abraham.
Dalam perjalanan kembali setelah diberi makan ubi tumbuk oleh umat dan komunitas Muslim, kami melihat banyak ibu dan bapak serta anak-anak yang tidak kami kenal dalam perjalanan pulang ke rumah meraka masing-masing sambil menjunjung barang-barang mereka.
Ternyata hari itu adalah juga hari pasar, dari Pasar ke tempat pertunjukan Film Yesus, dan jam satu dini hari kembali ke rumah dengan barang-barang sisa jualan dan barang-barang belian di pasar.
Sebuah pengalaman yang bicara banyak hal: dialog iman dan hidup, Persaudaraan yang lintas batas dan tanpa prasangka, kesederhanaan dan kepolosan, rasa ingin tahu, iman yang tersembunyi, keterbukaan, peluang, kegembiraan dan kebahagiaan, rasa hormat dan seterusnya….
Ah sudah terlalu panjang ni…. maaf kalau memang terlalu panjang… , namanya saja orang kampung, kalau cerita tak akan ada titiknya.
Salam misi dari Bénin
Penulis: Pater Hendrik Bala Wuwur, SVD
Misionaris SVD di Togo, Afrika
*Redaksi Amorpost.com menerima kiriman kisah serupa tentang semangat karya kerasulan Katolik. Silakan kirim ke email info@amorpost.com.
Wwwoooowww iman n persaudaraan yang l
uar biasa