14.5 C
New York
Wednesday, September 27, 2023

Buy now

7 Kebenaran yang Perlu Diketahui Jika Kamu Adalah Bagian dari Anggota Koor. Nomor 7 Mengejutkan!

7 Kebenaran yang Perlu Diketahui Jika Kamu Adalah Bagian dari Anggota Koor. No 7 Mengejutkan! Amorpost.com-Hy muda-mudi Katolik maupun para aktivis gereja Katolik khususnya anggota koor Gereja, ada good news buat kalian loh. Tentu pelayanan kalian di gereja sangat mulia.

Namun, seiring dengan bergilirnya waktu, kalian mungkin pernah merasakan bahwa koor gereja timbul dua ekstrim. Di satu sisi, lagu-lagu gereja menjadi membosankan, namun di satu sisi anggota koor gereja cenderung menjadikan event koor sebagai wahana pertunjukan.

Oleh karena itu, kita perlu mencari jalan tengah antara dua ekrtim itu. Berikut ini, ada 7 kebenaran yang perlu diketahui oleh anggota koor Gereja.

1. Misa Memiliki Waktunya Sendiri, bukan Kita
Berdasarkan petunjuk umum misa (GIRM ‘The General Instruction of the Roman Missal’ #37), ada beberapa lagu yang tidak dapat diubah karena memiliki ‘ritusnya’ sendiri misalnya “Gloria”, “Mazmur Tanggapan,” “Alleluya,” “Kudus,” dan beberapa yang lain. Begitupun, lagu-lagu iringan untuk pembukaan, persembahan dan komuni.

Anggota Koor
Anggota Koor (Foto: flickr)

Intinya, koor harus respect terhadap moment-moment tersebut dan tidak memperpanjang lagu atau nyanyian lebih dari seperlunya. Misalnya, menurut GIRM no. 47, lagu pembukaan adalah untuk menyertai romo selama ritus pembuka. Dengan demikian, ketika ristus itu berakhir, maka seharusnya lagu pun selesai, tanpa memperpanjang ayat-ayat yang tidak perlu dinyanyikan.

2. Tidak Semua Lagu itu Liturgis

Tidak Semua Lagu itu Liturgis
Tidak Semua Lagu itu Liturgis (Foto: pixabay)

Ada nyanyian yang sangat indah yang ditampilkan tergantung pada situasi atau sesuai dengan bacaan Injil. Namun, tugas kita sebagai paduan suara adalah mengecek apakah lagu yang dinyanyikan layak untuk liturgi atau tidak.

Seperti yang tertulis dalam dokumen Musicam Sacram no. 4, “Dengan musik sakral dipahami bahwa yang diciptakan untuk perayaan pujian Ilahi, dikaruniai dengan dengan bentuk ketulusan yang murni ” (MS, 4). Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa untuk nyanyian yang sesuai dengan Liturgi, seharusnya ditulis dalam musik dan lirik yang sesuai untuk perayaan itu.

3. Nyanyian Harus Setia Pada Teks yang Ada

Nyanyian Harus Setia Pada Teks yang Ada
Nyanyian Harus Setia Pada Teks yang Ada (Foto: pixabay)

Misalnya lagu lagu seperti “Kemualiaan”, “Alleluya” atau “Anak Domba Allah seharusnya selalu digunakan dalam misa Kudus. Misalnya Teks lagu kemualiaan:

Kemuliaan kepada Allah di surga
Dan damai di bumi … kepada orang yang berkenan kepadaNya
Kami memuji Dikau
…………………………….
Karena hanya Engkaulah kudus
Hanya Engkaulah Tuhan
Hanya Engkaulah Maha tinggi, ya Yesus Kristus
Bersama dengan Roh Kaudus
Dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin

Lagu sepeti itu merupakan doa-doa kuno yang tidak boleh diubah sesuai dengan kehendak kita sehingga kedengarannya lebih baik atau lebih indah (Sacrosanctum Concilium, 121).

4. Tidak Ada Lagu untuk Salam Damai

5 Hal Penting Orang Katolik Harus Tahu Mengenai Kerajaan Allah
5 Hal Penting Orang Katolik Harus Tahu Mengenai Kerajaan Allah (Foto: pixabay)

Pada Bulan Agustus tahun 2014, konggregasi untuk tata perayaan ibadat suci menegaskan bahwa seperlu mungkin selama salam damai dihindari “Lagu Damai” karena hal itu tidak menjadi bagian dari ritus Romawi.

Oleh karena tanda damai seharusnya merupakan moment singkat sehingga sebaiknya hal itu tidak mengganggu jemaat yang berkumpul bahkan mengalihkan perhatian mereka pada apa yang peling penting yakni Tuhan Yesus yang hadir saat Ekaristi Kudus.

5. “Anak Domba Allah” Mulai ketika Romo Memecahkan Roti

“Anak Domba Allah” Mulai ketika Romo Memecahkan Roti
“Anak Domba Allah” Mulai ketika Romo Memecahkan Roti (Foto: pixabay)

Jadi Lagu ini bukan merupakan iringan lagu damai, tetapi merupakan iringan terhadap pemecahan roti. Menurut GIRM no. 83 ditegaskan bahwa lagu “Anak Domba Allah” merupakan iringan terhadap pemecahan roti dan oleh karena itu sebaiknya diulang sampai ritus itu selesai saat imam mengatakan dona nobis pacem (Damai beserta Kita).

6. Tidaklah Cukup Anggota Koor Hadir Secara Fisik

Renungan Harian Katolik
Renungan harian Katolik (Foto: Wallpapers-web.com)

Terkadang, kita yang merupakan bagian dari pelayanan musik atau paduan suara paroki lupa bahwa kita juga berpartisipasi dalam Ekaristi. Berada di belakang gereja atau di altar, kita mungkin menganggapnya biasa saja, tapi ingat bahwa kita sedang merayakan keagungan kasih Allah yang ada di depan mata kita.

Selain itu, jika hari Minggu, ajarannya adalah untuk menghadiri Misa setiap hari Minggu, ini bukan hanya tentang hadir. Berpartisipasi tidak hanya dengan menyanyi tapi juga dengan mendengarkan Tuhan dalam Injil dan homili. Jika Anda sudah melakukan ini, berikan contoh yang baik dan bantu orang lain untuk melakukannya.

7. Kita adalah Pelayan-Pelayan Gereja, Bukan Artis Gereja

Kita adalah Pelayan-Pelayan Gereja, Bukan Artis Gereja
Kita adalah Pelayan-Pelayan Gereja, Bukan Artis Gereja (Foto: pixabay)

Muda-muda Katolik pasti sudah tahu ini, tapi saya pikir penting dan bijaksana untuk mengulanginya lagi. Pelayanan yang diberikan dalam paduan suara harus dilakukan dengan kerendahan hati, karena paduan suara itu bukan karena kita yang terbaik atau karena kita ingin menonjol.

Ingat, pusat Misa adalah Kristus, bukan suara kita. Kita harus berusaha untuk melayani, tidak menonjol atau menerima tepuk tangan, karena karunia yang kita miliki diberikan secara bebas kepada kita oleh Allah dan harus dipergunakan untuk melayani orang lain demi kemuliaan Allah.

Salam Amores, semoga artikel ini membantu Anda lebih giat menjadi anggota koor Gereja. Baca Juga: 5 Hal Penting Orang Katolik Harus Tahu Mengenai Kerajaan Allah

Sumber:
Disadur dari tulisan Bernardo Dueñas Moreno dalam Bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh María Isabel Giraldo, 7 Truths You Need to Know if You’re Part of a Parish Choir.

Related Articles

3 COMMENTS

  1. saya sangat setuju untuk no 7. tp kebanyakan skr anggota koor terutama yg sudah berkeluarga terlampau sering menggunakan waktunya untuk kegiatan koor. mulai dari latihan, arisan sehingga waktu untuk keluarga hilang banyak. esensi pelayanan ternyata mulai hilang disini. mereka menganggap bahwa bentuk pelayanan mereka (koor) adalah yg utama untuk gereja dan misa. sedangkan misa hanya diperlukan romo dan umat. tanpa koor pun masih bisa misa.
    ketika ada salah satu umat yg meninggal dunia, atau membutuhkan kehadiran umat lingkungan/wilayah, justru mereka lebih prioritas datang latihan koor.
    sepertinya mereka sudah menganggap mereka adalah artis gereja bukan lagi pelayan gereja

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,873FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Latest Articles