17.7 C
New York
Thursday, September 28, 2023

Buy now

5 Pertanyaan tentang Rabu Abu yang Sering Diterima Umat Katolik. Gimana Cara Jawabnya?

5 Pertanyaan tentang Rabu Abu yang Sering Diterima Umat Katolik. Gimana Cara Jawabnya? Amorpost.com – Tinggal sepekan lagi, umat Katolik di seluruh dunia akan merayakan Hari Rabu Abu. Rabu Abu adalah hari dimana umat Katolik memulai masa pertobatan atau permulaan masa Prapaskah.

Banyak perayaan khas dengan suasana tobat yang akan dijalani umat Katolik selama masa Prapaskah. Mulai dari puasa, aksi puasa pembangunan, pengakuan dosa, hingga Jalan Salib.

Sejumlah ritual itu adalah siklus yang terus terulang tiap tahun. Namun, terkadang ada hal-hal sederhana yang luput dari perhatian. Kita kaget sendiri ketika sesama umat Katolik atau umat dari agama lain bertanya tentang hal-hal sederhana itu.

Makna Rabu Abu
Menerima abu di dahi (Foto: dphx.org)

Berikut ini adalah 5 pertanyaan tentang hari raya Rabu Abu yang sering diajukan kepada umat Katolik. Ketika kamu bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, kamu harus menjawab demikian.

1. Abu yang diolehkan di dahi itu terbuat dari apa?

Orang mungkin saja bertanya, dari mana abu yang dioleskan di dahi dalam Misa Rabu Abu? Atau abu tersebut dibuat dari bahan apa?

Ternyata abu yang kita terima dalam bentuk olesan tanda salib di dahi itu dibuat dari debu hasil pembakaran daun palma yang diberkati pada Minggu Palma tahun sebelumnya. Daun palma dalam tradisi umat Katolik mengandung makna kemenangan.

2. Kenapa harus abu?

Dasar jawaban untuk pertanyaan ini adalah kitab Kejadian 2:7. Disana dikatakan bahwa Allah menciptakan Adam dari ‘debu’. Dan ada juga kisah tentang Yesus menyembuhkan orang buta dengan mengoleskan tanah kepada mata orang buta itu, dalam kitab Yohanes 9:6.

Dengan abu yang kita terima, kita kembali ditandai untuk menyambut hidup Yesus Kristus yang sanggup memperbarui dan menyempurnakan kita kembali.

3. Kenapa dioleskan di dahi?

Abu dioleskan di dahi untuk membantu kita mengenali kembali area spiritual, tempat dimana kita dapat berkembang dan area kedosaan mana yang harus kita jauhi. Dahi (dan kepala) adalah tempat pikiran dan akal budi bekerja.

Untuk bertobat kita mesti berpaling dari dosa dan mengarah kepada Allah. Kita menggunakan abu sebagai ekspresi bahwa kita perlu memperbarui kembali iman kita.

4. Doa apa yang pas untuk didoakan setelah menerima abu?

Segalam macam doa yang diujarkan dengan penuh penghayatan pasti didengar oleh Tuhan. Doa yang dimaksud bisa dalam bentuk doa spontan atau doa-doa yang sudah disiapkan dalam buku-buku liturgi.

Tapi kalau kamu masih bingung untuk mencari doa yang cocok, kamu bisa memilih dari kitab Mazmur yang mengandung tema pertobatan. Kamu bisa memilih Mazmur 6 atau Mazmur 32. Daraskan salah satu sebagai doa.

5. Masa prapaskah berlangsung berapa lama?

Terhitung sejak Rabu Abu, umat Katolik akan merayakan masa pertobatan atau masa Prapaskah selama 4O hari, tanpa menghitung hari Minggu. Masa Prapaskah akan selesai atau genap 40 hari pada hari Sabtu sebelum hari Minggu Paskah.

Angka empat puluh ini mengingatkan kita akan perjalanan bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun dan puasa Yesus selama 40 hari. Selama empat puluh hari ini umat Katolik melakukan ziarah iman.

Ini sejumlah pertanyaan yang bisa kamu jumpai dalam keseharian. Apalagi, minggu depan kita akan merayakan hari Rabu Abu sehingga 5 pertanyaan ini bisa membantu kamu untuk menghayati perayaan tersebut dengan lebih baik.

Related Articles

4 COMMENTS

  1. Tertulis di poin #5:
    “Terhitung sejak Rabu Abu, umat Katolik akan merayakan masa pertobatan atau masa Prapaskah selama 4O hari, tanpa menghitung hari Minggu. Masa Prapaskah akan selesai atau genap 40 hari pada hari Sabtu sebelum hari Minggu Palma.”

    Seharusnya:
    “Terhitung sejak Rabu Abu, umat Katolik akan merayakan masa pertobatan atau masa Prapaskah selama 4O hari, tanpa menghitung hari Minggu. Masa Prapaskah akan selesai atau genap 40 hari pada hari Sabtu sebelum hari Minggu Paskah.”

  2. Bagaimana tanggapan penulis mengenai ritual rabu abu yang mulai dipraktekan oleh gereja denominasi lainnya di Indonesia? Saya menganggap ini sebagai tindakan meniru yg akan menjadi tradisi mereka. Bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini, jga utk mempertahankan tradisi Gereja Katolik?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,873FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Latest Articles