17.2 C
New York
Monday, September 25, 2023

Buy now

Bagaimana Menolak Mentalitas Antagonis Terhadap Yesus? Ini Caranya! – Renungan Harian Katolik 20 Maret 2018

Renungan Harian Katolik 20 Maret 2018
Foto ilustrasi dari Pixabay.com

Bagaimana Menolak Mentalitas Antagonis Terhadap Yesus? Ini Caranya! – Renungan Harian Katolik 20 Maret 2018, Amorpost.com – Bacaan: 20 Maret 2018 & Yoh. 8 21-30

Dalam dunia politik selalu ada partai yang menempatkan diri sebagai oposisi dari partai berkuasa. Partai yang menempatkan diri sebagai oposisi selalu menjalankan peran antagonis terhadap partai berkuasa.

Karena posisinya sebagai oposisi atau menjalankan peran antagonis, maka apa pun yang dijalankan Protogonis, produk-produk yang dihasilkan protogonis selalu mendapat kritik keras.

Yang dianggap benar dan baik oleh protogonis, belum tentu baik dan benar menurut antagonis. Di sebuah paroki, pastor paroki selalu dibuat tidak aman oleh kelompok umat yang selalu berperan antagonis. Kelompok ini selalu mengeritik, menilai, mengevaluasi setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pastor Paroki.

Kedua bacaan hari ini mau menyampaikan satu pesan yang sama yaitu ada umat yang menempatkan diri sebagai antagonis terhadap Musa dan Yesus.

Umat Israel yang telah diselamatkan Yahwe dari perbudakan Mesir memberontak terhadap Musa di padang gurun. Mereka berkata kepada Musa “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.”

Mereka tidak sadar bahwa Tuhan sedang menguji iman kepercayaan mereka. Karena kekerasan hati itulah maka Tuhan berfirman kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”

Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Kebingungan dan kepicikan iman yang sama terjadi pada umat Yahudi pada zaman Yesus. Mereka menempatkan diri sebagai antagonis dari Yesus sehingga tidak memahami dengan benar tugas perutusan Yesus.

Mereka terus bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Ia melanjutkan: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.”

Bagaimana supaya memiliki pemahaman yang benar terhadap peran Yesus bagi umat Manusia?

#1 Beriman atau percaya pada Yesus

Orang tidak mungkin memahami kata-kata orang lain kalau mereka sendiri tidak percaya kepadanya. Bahasa hanyalah pengantar tetapi yang membuat orang lebih memahami orang lain adalah kepercayaan. Karena saya percaya maka saya mampu mendengarkan dan mengerti apa yang disampaikan orang lain itu.

Pesan Prapaskah 2018 Paus Fransiskus
Foto ilustrasi dari Pixabay.com

Itulah yang terjadi dengan orang Yahudi baik dalam perjanjian lama dengan Musa maupun dalam perjanjian baru dengan Yesus. Umat perjanjian lama yang telah dibawa Musa hingga ke padang gurun mulai kehilangan kepercayaan terhadap Musa dan janji Allah kepada Mereka.

Demikian juga saat orang Yahudi mempertanyakan Yesus, mereka tidak percaya pada apa yang telah diperbuat Yesus. Mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah utusan yang melakukan kehendak Bapa-Nya di surga. Jalan terbaik bagi umat beriman adalah percaha kepada Yesus sebagai jalan menuju Allah bapak di surga.

Setiap orang yang mau selamat harus memandang pada Dia yang tergantung di atas salib, hanya dengan demikian maka manusia akan beroleh keselamatan.

#2 Bertobat

“Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Dosa terberat orang Yahudi adalah ketidakpercayaan mereka kepada Yesus.

Cara Pindah Agama Katolik
Tidak mudah untuk pindah jadi Katolik (Foto: Pixabay.com)

Berulang kali Yesus menunjukkan kuasa mengajar yang berasal dari Bapa di surge tetapi orang Yahudi tetap berkeras hati dan tidak mau bertobat untuk mengikuti Yesus.

Di masa puasa ini Yesus mengajak kita untuk melepaskan semua kekerasan hati kita masing-masing, melepaskan kesombongan kita dan mengikuti Dia sehingga kita dapat memperoleh keselamatan abadi dari perjuangan-Nya di atas kayu salib.

#3 Berusaha untuk dekat pada Yesus

Semakin kita berusaha untuk mengenal-Nya maka semakin pula kita akan dekat dengan-Nya, yang selanjutnya membuat kita semakin akrab dan memahami tugas perutusan yang diwartakan Yesus. Orang-orang Yahudi tidak mau belajar dari Yesus, sebaliknya mereka pertanyakan otoritas mengajar Yesus.

Arti Masa Adven Umat Katolik
Damai (Foto: Pixabay.com)

Maka kata mereka kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu?” orang-orang Yahudi menempatkan diri sebagai oposisi sehingga tidak mengerti tugas perutusan Yesus, mereka akan terus bertanya, dan tidak akan mendapatkan jawaban… mereka akan tinggal terus dalam kebingungan.

Cara terbaik untuk mengenal seseorang dengan lebih baik adalah dengan mengenal dan berusaha untuk lebih dekat dengannya. Demikian juga supaya kita lebih mengenal Yesus maka kita perlu berusaha untuk selalu dekat dengan-Nya lewat membaca firman-Nya, lewat sakramen-sakremen dan lewat Ekaristi. Di sana kita akan lebih mengenal Dia, dan semakin lama kita akan percaya dan lebih akrab dengan-Nya.

#4 Bersyukur

Hidup kita selalu harus merupakan pujian dan syukur bagi Tuhan. Setiap orang memiliki sejarah keselamatan sendiri-sendiri. Demikian juga orang-orang Israel yang telah diselamatkan dari perbudakan Mesir. Mereka tidak bersyukur atas keselamatan itu, tetapi sebaliknya mengeluh dan memberontak terhadap Tuhan.

Tips bahagia dari Paus Fransiskus
Cintai alammu (Foto: Pixabay.com)

Lewat peristiwa ini kita diajak untuk selalu mengubah tantangan, kesulitan, dan pencobaan hidup menjadi pujian dan syukur yang tak hentinya kepada rahmat Allah yang terus berlimpah kepada kita setiap hari.

Kita diajak untuk selalu melihat berapa banyak rahmat dan kebaikan yang telah Tuhan berikan kepada kita dan bukan menghitung berapa banyak kesulitan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Jika demikian maka hidup kita akan selalu dipenuhi dengan rasa syukur yang sekaligus mempertebal iman kita kepada Yesus. (LN)

Amor
Amorhttp://www.amorpost.com
Adrian B., SS.STB, Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan Ateneo de Manila University. Hoby Menulis, Membaca, Web Design, Fotografy, Beternak, Touring dan Kegiatan Karitative.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,870FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Latest Articles