Menjawab Pertanyaan, Mengapa Ada Pembaptisan Saat Bayi, Padahal Dia Belum Mengerti? Amorpost.com – Terkadang kita berjumpa dengan pertanyaan, mengapa dalam Gereja Katolik ada praktik pembaptisan saat bayi? Mengapa tidak menunggu sampai orang itu dewasa?
Kalau hidup beragama adalah pilihan bebas, maka seharusnya seseorang dapat menentukan pilihannya sendiri, untuk menjadi Katolik atau tidak, setelah ia bisa menggunakan pikirannya. Itu berarti biarlah seseorang itu dewasa, barulah ia memilih mau dibaptis secara Katolik atau tidak.
Paus Fransiskus, dalam katekesenya pertengahan pekan ini, mencoba menjelaskan mengapa pembaptisan bayi dalam Gereja Katolik adalah sesuatu yang sah dan tidak melanggar hak “kebebasan beragama”.

Setidaknya, ada tiga hal yang menjadi pertimbangan atau dasar katekese Paus Fransiskus tentang pembaptisan bayi tersebut, seperti dilansir dari Aleteia.org (Rabu, 11 April 2018).
1. Peran Roh Kudus
Ketika seseorang mengatakan, ‘mengapa kita harus membaptis seorang bayi yang tidak mengerti? Mari kita tunggu dia tumbuh dan mengerti jadi dia sendiri bisa meminta baptisan,” menurut Bapa Suci, orang itu tidak mempercayai karya Roh Kudus.
“Ketika kita membaptis seorang anak, Roh Kudus memasukinya dan Roh Kudus menumbuhkan dalam diri anak itu kebajikan Kristen, yang nantinya akan berkembang dan tumbuh menjadi seorang dewasa,” tegas Paus Fransiskus.
Karena itu, tidak salah seorang bayi tetap dibaptis meski ia belum bisa menggunakan pikirannya secara baik dan benar.
2. Pintu masuk bagi Tuhan
Sakramen Baptis adalah pintu masuk bagi sakramen-sakramen Katolik lainnya. Melalui Sakramen Baptis Tuhan masuk dan bersemayam dalam diri seseorang yang baru dibaptis; meski dia adalah seorang bayi sekalipun.
Pembaptisan adalah yang pertama dari sakramen dan “dasar dari semua kehidupan Kristen,” yang merupakan “pintu yang memungkinkan Tuhan untuk membuat tempat tinggal-Nya di dalam diri kita dan membawa kita ke dalam Misteri-Nya.”
Jadi, mengapa harus menunggu?
3. Citra dan milik Allah
Sebagai manusia, kita adalah citra Allah. Ketika seseorang dibaptis, ia diangkat menjadi anak Allah dan menjadi milik Allah. Bila sejak lahir seseorang adalah citra Allah dan selalu ada pilihan untuk menjadi anak Allah, mengapa harus menunggu dia dewasa?
Toh, ketika pasangan suami-istri saling menerimakan Sakramen Perkawinan, mereka juga berjanji di hadapan Tuhan untuk mendidik anak mereka sesuai dengan iman Katolik. Maka ketika bayi yang lahir sebagi buah pernikahan mereka, wajar dan layak untuk dibaptis dan dididik secara Katolik sejak dini.
Inilah dasar atau jawaban untuk pertanyaan, mengapa Sakramen Baptis dalam Gereja Katolik diberikan kepada seorang bayi yang belum bisa menggunakan akal budinya untuk memilih agama yang akan ia peluk.