6 Hal Penting mengenai Dosa Asal yang Patut Kamu Ketahui, Jangan Salahkan Adam dan Hawa, Amorpost.com-Ketika kita dilahirkan, kita seperti selembar kertas putih, polos tanpa noda. Namun, seiring bertambahnya usia, lembaran kertas putih itu mulai kelihatan noda nya.
Si pembuat kertas putih itu adalah Allah, sedangkan kertas itu adalah manusia. Manusia bagaikan kertas putih itu “terlempar” ke bumi.
Ketika kertas itu “terlempar”, muncullah noda-noda yang akan menghiasi nya dalam perjalanan waktu. Entah noda itu akan ada ketika manusia bebas untuk memilih apa yang baik dan yang buruk, maupun kondisi atau keadaan dunia yang penuh dengan “noda-noda”.
Noda itu kita sebut dosa, sedangkan kertas putih itu adalah hubungan kasih kita dengan Tuhan yang membuat kita tetap suci, kudus. Tentu saja, ketika kita merusak hubungan kasih dengan Tuhan, maka tercipta lah apa yang kita sebut dosa.

Sambil meneguk segelas kopi, kita mungkin bertanya, “Darimana asalnya dosa?” Bagi mereka yang pernah belajar filsafat dan teologi, jawabnnya macam macam yang belum saatnya dibahas di artikel ini.
Lantas, mungkin dikalangan umum spontan orang menjawab “Dosa itu asalnya dari Adam dan Hawa karena dalam Kitab Kejadian tertulis demikian. Lalu kita menyebutnya ‘dosa asal'”.
Lalu kita mulai membangun pengertian dosa asal adalah dosa yang dibuat oleh Adam dan Hawa. Benarkah perngertian itu?
Bagaimana mungkin kita yang berbuat dosa kok asalnya dari Adam dan Hawa? Kalau pengertian dosa asal yang demikian, maka kita membebankan dosa kita kepada kedua orang itu. Tidak fair bukan?
Pengertian bahwa dosa asal itu dari Adam dan Hawa, perlu klarifikasi. Berikut ini 6 hal yang perlu kita ketahui mengenai dosa asal.
1. Dosa asal adalah kondisi di mana kita dilahirkan sebagai anggota umat manusia. Dengan demikian berada dalam suatu sejarah dosa yang mempengaruhi kemampuan kita untuk mengasihi Allah di atas segalanya, untuk menjadi diri kita yang sejati sepenuhnya, dan mencapai tujuan hidup kita.

2. Ini disebut “asal” karena berasal dari asal ras manusia kita. Ini artinya bersifat universal. Oleh karena itu kita semua harus ditebus.
3. Itu disebut “dosa” bukan karena itu adalah pikiran, kata, atau tindakan pribadi yang berdos, tetapi karena itu adalah keadaan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Itu adalah dosa karena ada suatu rintangan untuk mengasihi Allah dan seluruh ciptaan-Nya.
4. Pertama-tama, dalam menggambarkan dosa asal saat ini kita berbicara tentang “dosa dunia” (Yoh. 1: 29; KGK 408)… “keadaan yang tercemar” di mana kita semua dilahirkan… dimensi sosial dari dosa asal: “struktur berdosa “ketidakadilan, penindasan dan eksploitasi” (lih. PCP II 261-271).
5. Kedua, ada dimensi interior pribadi dari dosa asal, “hati kegelapan di dalam kita”…. Kita mengalami ini… dalam salah satu akibatnya yang tetap bahkan setelah pembaptisan, yang disebut kesombongan … itu sendiri bukanlah dosa, tetapi… “kecenderungan yang datang dari dosa dan cenderung berbuat dosa” (KGK 405-406).
6. Konkupisensi memanifestasikan dirinya dalam sumber-sumber atau akar-akar dosa tertentu … yang disebut “tujuh dosa besar” dari mana banyak dosa muncul. Tujuh dosa besar itu antara lain; Kesombongan, ketamakan, iri hati, kemarahan, hawa nafsu, kerakusan, kemalasan.
Semoga bermanfaat Amores…
Sumber:
#. CFC: Cathechismus of the Filipino Catholic, no. 377, 378, 381.
#. PCP II: Second Plenary Council of the Philippines, no. 261-271.
#. KGK: Katekismus Gereja Katolik, no. 405-408).