0.4 C
New York
Wednesday, November 29, 2023

Buy now

10 Hal Penting Wajib Diketahui Tentang Doa “Bapa Kami” – Renungan Harian Katolik Selasa 20 Februari 2018

10 Hal Penting Wajib Diketahui Tentang Doa “Bapa Kami” – Renungan Harian Katolik Selasa 20 Februari 2018, Amorpost.com-Selama masa prapaskah ini, ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian kita umat Katolik yakni Karya Cinta Kasih, Doa dan Puasa. Dalam bacaan-bacaan sebelumnya khususnya sesudah Rabu Abu, Gereja memilih bacaan-bacaan yang menekankan tentang karya cinta kasih.

Kemudian pada hari ini, kita memulia bacaan yang menekankan mengenai doa. Dalam Injil hari ini, Matius 6:7-15, Tuhan Yesus mengajarkan kita bagaimana berdoa yang benar yakni “Doa Bapa Kami.”

Doa ini sering dikatakan sebagai doa yang paling sempurna. Selain karena doa ini diajarkan oleh Tuhan sendiri, doa ini pun sarat makna. Menurut Katekismus Gereja Katolik, 1280-2854, setidaknya ada 10 hal penting yang perlu kita ketahui mengenai Doa Bapa Kami.

Doa Bapa Kami
Doa Bapa Kami (Foto: pixabay)

1. Bapa

Kita dapat menyapa Allah sebagai “Bapa”, karena Putera-Nya yang menjadi manusia telah mewahyukan-Nya kepada kita dan karena Roh-Nya memperkenalkan-Nya kepada kita. Kita percaya, bahwa Yesus adalah Kristus dan bahwa kita dilahirkan dari Allah Bdk. 1 Yoh 5:1.

Dengan demikian Roh Putera mengikutsertakan kita dalam hubungan pribadi Putera dengan Bapa-Nya Bdk. Yoh 1:1. Jadi, jadi singkatnya ketika kita menyatakan Allah sebagai Bapa, kita memiliki hubungan yang intim, hubungna Bapa dan Anak.

2. Bapa “Kami”

Dengan menggunakan kata “kami,” mau ditegaskan bahwa ada hubungan yang erat bagi pemakai kata itu. Kata “kami” merujuk pada hubungan komunal bagi penggunanya.

Kita bersama komunitas Gereja, anggota Tubuh Kristus, mengklaim bahwa Yesus Kristus adalah saudara kita dan Allah adalah Bapa Kita. Atau, “Aku” yang mendoakan kata itu memiliki saudara yakni Yesus Kristus, dan Allah adalah Bapa Kami.

3. “Di Surga”

Menurut pengertian Kitab Suci, kata “Surga” tidak mengacu pada suatu tempat, tetapi satu cara berada; bukan tentang jauhnya Allah, melainkan keagunganNya. Bapa kita itu bukan “di tempat lain”, melainkan Ia ada “di seberang segala sesuatu” yang dapat kita pikirkan mengenai kekudusan-Nya.

Seperti yang ditegaskan oleh St. Agustinus, “Sepantasnya orang beranggapan bahwa kata-kata “Bapa kami yang ada di surga” berbicara tentang hati orang yang jujur, di mana Allah tinggal seperti dalam kenisahNya. Karena itu, juga pendoa akan menghendaki dan merindukan bahwa Ia yang ia sapa, tinggal di dalam dia.”

“Surga dapat juga berarti mereka, yang membawa gambaran dunia surgawi dalam dirinya dan di mana Allah tinggal dan berjalan-jalan” (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,11).

4. “Di Muliakanlah Namamu”

Permohonan pertama dalam terjemahan yang lazim dipakai umat Katolik di Indonesia berbunyi: “dimuliakanlah nama-Mu”. Terjemahan lebih harfiah ialah: “dikuduskanlah nama-Mu”. Karena seluruh uraian selanjutnya berputar di sekitar gagasan kekudusan, maka di sini umumnya kita gunakan terjemahan: “dikuduskanlah”.

Perkataan “kuduskan” di sini tidak boleh dimengerti dalam arti menyebabkan (hanya Allah menguduskan, membuat kudus) tetapi terutama dalam arti penilaian: mengakui sesuatu sebagai kudus dan memperlakukannya demikian.

Karena itu seruan “dikuduskanlah…” dalam penyembahan kadang-kadang diartikan sebagai pujian dan syukur Bdk. Mzm 111:9; Luk 1:49. Tetapi permohonan ini diajarkan oleh Yesus kepada kita dalam bentuk keinginan: inilah satu permohonan, satu kerinduan dan satu penantian di mana Allah dan manusia ikut terlibat.

Taat Pada Firman Allah
Taat Pada Firman Allah (Foto: pixabay)

5. Datanglah KerajaanMU

Dalam Perjanjian Baru, kata basileia dapat diterjemahkan dengan “kerajaan” (pengertian abstrak), “wilayah kerajaan” (pengertian konkret) atau “pemerintahan” (pengertian bertindak). Kerajaan Allah sudah ada.

Kerajaan itu telah mendekat dalam Sabda yang menjadi manusia, telah diumurnikan dalam seluruh Injil dan telah datang dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Sejak perjamuan malam terakhir Kerajaan Allah datang dalam Ekaristi; ia ada di tengah kita.

Kerajaan Allah akan datang dalam kemuliaan, apabila Kristus akan menyerahkannya kepada Bapa. “Kristus sendiri juga dapat merupakan Kerajaan Allah itu, kepada Siapa kita berseru setiap hari dalam kerinduan kita, dan yang kedatangan-Nya kembali kita nantikan dengan tidak sabar lagi.

Oleh karena Ia sendiri adalah kebangkitan kita, karena kita akan bangkit dalam Dia, karena itu Ia sendiri juga dapat diartikan sebagai Kerajaan Allah, karena kita akan memerintah di dalam Dia” (Siprianus, Dom. orat. 13).

Praktik penggunaan mantilla oleh perempuan Katolik
Praktik penggunaan mantilla oleh perempuan Katolik (Foto: Instagram.com/nov3salammaria)

6. “Jadilah Kehendak-Mu di Atas Bumi seperti di Dalam Surga”

Adalah kehendak Bapa kita, “supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Tim 2:4). Ia sabar, karena “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa” (2 Ptr 3:9) Bdk. Mat 18:14.

Perintah-Nya yang mencakup semua perintah lain dan menyatakan kehendak-Nya kepada kita, berbunyi: “Kasihilah sesamamu; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34) Bdk. 1 Yoh 3:4; Luk 10:25-37.

7. “Berilah Kami Rezeki pada Hari Ini”

Berilah kami. Sungguh indah kepercayaan anak-anak yang mengharapkan segala sesuatu dari Bapanya. Bapa “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45).

“Pada waktunya” Ia memberi “makanan” (Mzm 104:27) kepada semua makhluk hidup. Yesus mengajarkan permohonan ini kepada kita untuk memuliakan Bapa kita dengan mengakui kebaikan-Nya yang tiada taranya.

Cara Mempersiapkan Natal
Foto: Pixabay.com

8. “Ampunilah Kesalahan Kami, seperti Kami pun Mengampuni yang Bersalah kepada Kami”

Dalam permohonan, agar nama-Nya dikuduskan kita sudah berdoa pula, supaya kita sendiri semakin dikuduskan. Walaupun kita memakai pakaian Pembaptisan, kita tidak berhenti berdosa dan memalingkan diri dari Allah.

Sekarang, dalam permohonan baru ini, kita kembali lagi kepada-Nya seperti anak yang hilang itu Bdk. Luk 15:11-32 dan kita mengakui diri di depan-Nya sebagai pendosa, seperti yang dilakukan oleh pemungut cukai Bdk. Luk 18:13.

Permohonan kita mulai dengan “pengakuan”, di manti kita sekaligus mengakui kesusahan kita dan kerahiman Allah. Harapan kita tidak tergoyahkan, karena di dalam Putera-Nya “kita memiliki penebusan yaitu pengampunan dosa” (Kol 1:14; Ef 1:7).

Di dalam Sakramen-sakramen Gereja-Nya kita mendapat tanda pengampunan-Nya yang berdaya guna Bdk. Mat 26:28; Yoh 20:23 dan tidak diragukan lagi.
Kesatuan pengampunan menjadi mungkin, apabila kita saling mengampuni, “sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Ef 4:32).

Doa Rosario
Doa Rosario (Foto: Pixabay.com)

9. “Dan Janganlah Masukkan Kami ke Dalam Percobaan”

Permohonan ini berakar dalam permohonan yang mendahuluinya, karena dosa kita adalah hasil dari persetujuan kita kepada percobaan. Kita memohon Bapa kita, supaya jangan “masukkan” kita ke dalam percobaan.

Tidaklah mudah untuk mengungkapkan dalam satu kata ungkapan Yunani yang kira-kira berarti “janganlah membiarkan kami masuk ke dalam percobaan” Bdk. Mat 26:41. atau “janganlah kami dikalahkan olehnya”.

“Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun” (Yak 1:13); Ia malahan lebih banyak hendak membebaskan kita darinya. Kita mohon kepada-Nya, supaya jangan membiarkan kita berjalan di jalan yang menuju dosa. Kita berada dalam perjuangan “antara daging dan roh”. Demikianlah permohonan Bapa Kami ini memohon roh pembedaan dan kekuatan.

Arti Masa Adven Umat Katolik
Sukacita (Foto: Pixabay.com)

10. “Tetapi Bebaskanlah Kami dari yang Jahat”

Kalau kita memohon, agar dibebaskan dari yang jahat, kita juga memohon untuk dibebaskan dari segala kemalangan, yang lampau, yang sekarang, dan yang akan datang, yang asalnya dan penggodanya adalah si jahat. Dalam permohonan terakhir ini Gereja membawa seluruh kesusahan dunia ke depan Bapa.

Dengan pembebasan dari yang jahat, yang membebani umat manusia, Gereja memohon hal yang bernilai yakni perdamaian dan rahmat supaya dengan tabah menantikan kedatangan Kristus kembali.

Kalau Gereja berdoa demikian, ia mengantisipasi dalam kerendahan hati yang beriman persatuan dari semua dan segala-galanya dalam Dia, yang “memegang segala kunci maut dan kerajaan maut” (Why 1:18), “yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Why 1:8) Bdk. Why 1:4.

Demikianlah 10 hal penting yang wajib kita ketahui ketika kita mendoakan doa Bapa Kami. Semoga Bermanfaat Amores…

Sumber: Katekismus Gereja Katolik 2780-2854

Amor
Amorhttp://www.amorpost.com
Adrian B., SS.STB, Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan Ateneo de Manila University. Hoby Menulis, Membaca, Web Design, Fotografy, Beternak, Touring dan Kegiatan Karitative.

Related Articles

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
3,912FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Latest Articles